Teknologi Ramah Lingkungan Bidang Lingkungan
Dalam bidang lingkungan aplikasi penerapan teknologi ramah lingkungan meliputi antara lain biopori, fitoremediasi, toilet pengompos, dan teknologi pemurnian air.
a. Biopori
Lubang resapan biopori merupakan lubang yang berbentuk silinder yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir Raziudin Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana ini kemudian disebut dengan nama biopori.
b. Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah proses bioremediasi yang menggunakan berbagai tanaman untuk menghilangkan, memindahkan, dan atau menghancurkan kontaminan dalam tanah dan air bawah tanah. Konsep penggunaan tanaman untuk penanganan limbah dan sebagai indikator pencemaran udara dan air sudah lama ada, yaitu fitoremediasi dengan sistem lahan basah, lahan alang-alang, dan tanaman apung. Selanjutnya konsep fitoremediasi berkembang untuk penanganan masalah pencemaran tanah. Beberapa tanaman yang digunakan dalam fitoremediasi adalah:
- Sansiviera atau lidah mertua mampu menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok dan dapat menyerap radiasi barang elektronik.
- Bungur dan mahoni, pohon ini dikenal dengan manfaatnya yang dapat menyerap polutan udara seperti timbal. Maka kedua pohon ini biasanya ditanam di kota besar seperti Jakarta, serta di jalan protokol yang padat akan aktivitas lalu lintas.
- Sirih belanda, manfaat dari tanaman ini adalah mampu menyerap formaldehida serta benzene. Rumah pun akan terasa lebih segar, apabila tumbuhan ini ditanam di sekitar perkarangan rumah.
c. Toilet Pengompos (Composting Toilet)
Ide composting toilet diambil dari sistem toilet cubluk yang banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia. Toilet ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap pengguna. Manfaat yang didapat dengan menggunakan composting toilet adalah menghemat penggunaan air bersih sehingga air bersih yang tadinya digunakan untuk penyiraman toilet dapat digunakan untuk kegiatan yang lain, teknologi ini tidak menimbulkan bau pada saat proses pengomposan, tidak memerlukan banyak energi, tidak membutuhkan sumber daya alam yang banyak, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai kondisioner buat tanaman. Composting toilet dapat menggunakan model kloset jongkok maupun kloset duduk. Yang perlu disesuaikan, bagian lubang kloset yang terdiri dari 2 lubang dimana lubang yang besar digunakan agar kotoran langsung masuk ke tampungan di bawahnya. Di bagian bawahnya ditaruh kotak yang berfungsi untuk menampung tinja yang nantinya diberi media serbuk kayu, sekam ataupun jerami. Sedangkan lubang yang berukuran kecil digunakan untuk menyalurkan urine yang dihasilkan ditampung ke dalam jerigen yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair.
Terima kasih
0 comments: